Berikutcara mengolah porang menjadi konyaku dan shirataki : Bersihkan i les-iles hasil panen dengan cara mencucinya; Selanjutnya iris tipis-tipis dengan ketebalan 5 sampai 7 mm. Hamparkan di atas "irig" atau nampan belubang-lubang. Kemudian keringkan sampai mencapai kadar air ± 12%. TRIBUNPADANGCOM - Bagaimana cara mengolah hasil panen? Pertanyaan tersebut akan dibahas pada kunci jawaban buku tema 7 kelas 3 halaman 7 dan 8. Pada pembelajaran kali ini, siswa akan mempelajari tentang Teknologi Pangan. Adapuncara pembuatanya adalah sebagai berikut : 2 liter jagung pipil kering dibersihkan dan dimasak dalam larutan kapur 0,1% selama 1-2 jam, setelah itu jagung dicuci sampai bersih hingga Larutan kapur tidak ada yang tersisa, dan untuk selanjutnya direbus kembali sampai masak lunak untuk kemudian digiling sampai halus dan berbentuk adonan jagung. Vay Tiền Nhanh. 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID WMeiWjmDJt-7xzx65CimT0x03wzArzwC0MZwyKlVUAzMzsqVk0zxzg== Maret 9, 2023 Pelajaran SD Kelas 3 Bagaimana cara mengolah hasil panen? Apa saja contoh makanan yang terbuat dari kacang kedelai? Pembahasan kunci jawaban tema 7 kelas 3 halaman 7. Tepatnya pada materi pembelajaran 1 subtema 1 Perkembangan Teknologi Produksi Pangan. Pertanyaan tentang cara mengolah hasil panen pada pembahasan kali ini merupakan salah satu soal pada kunci jawaban pembelajaran 1 halaman 7, 8, 9 dan 11. Dan merupakan lanjutan tugas sebelumnya, di mana kalian telah mengerjakan soal tentang Apakah hasil panen pertanian dan peternakan dapat bertahan lama. Ayo Membaca Siti menunjukkan sebuah teks bacaan. Isinya tentang teknologi pangan. Tahukah kamu apa arti teknologi pangan? Ayo, kita baca teks bacaan yang ditunjukkan oleh Siti! Teknologi Pangan Alam Indonesia sungguh kaya. Kacang kedelai, jagung, dan kelapa adalah hasil pertanian. Telur, daging, dan susu adalah hasil peternakan. Semua itu adalah sumber pangan kita. Pangan artinya makanan. Alam Indonesia menyediakan sumber pangan kita. Hasil panen dan ternak yang melimpah memberi makanan yang cukup bagi kita. Akan tetapi, hasil pertanian dan peternakan tidak dapat bertahan lama. Makanan itu dapat membusuk. Makanan busuk harus dibuang. Hasil panen harus diolah agar tidak cepat membusuk. Mengolah hasil panen dilakukan dengan teknologi pangan. Teknologi pangan adalah penggunaan ilmu pengetahuan untuk mengolah pangan. Teknologi pangan dapat menghasilkan makanan baru. Teknologi pangan menjaga agar makanan tidak cepat membusuk. Hasil panen berlimpah dapat diolah menjadi makanan baru. Kacang kedelai dapat dibuat menjadi tahu, tempe, dan kecap. Susu sapi dapat diolah menjadi mentega, susu bubuk, dan keju. Teknologi pangan mengolah makanan agar tahan lama. Teknologi pangan sangat bermanfaat bagi kehidupan. Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan teks “Teknologi Pangan”! 3. Bagaimana cara mengolah hasil panen? Jawab Mengolah hasil panen dilakukan dengan teknologi pangan. Baca juga pembahasan soal nomor 4 dan 5 berikut ini 1. Apa arti dari pangan? 2. Apakah hasil panen pertanian dan peternakan dapat bertahan lama? 4. Apa saja contoh makanan yang terbuat dari kacang kedelai? 5. Apa manfaat dari teknologi pangan? Jawaban buka disini Kunci jawaban tema 7 kelas 3 halaman 7, 8, 9, 11 Pembelajaran 1 Subtrema 1 Demikian pembahasan soal pada materi pembelajaran 1 subtema 1 Perkembangan Teknologi Produksi Pangan di halaman 7 tentang cara mengolah hasil panen. Semoga bermanfaat dan berguna bagi kalian. Terimakasih, selamat belajar! Tingkat kesuburan sebagian besar lahan di Indonesia tergolong tinggi. Dengan pangsa pasar dunia untuk hasil hortikultura yang terus meningkat sebenarnya merupakan peluang bagi Indonesia untuk melipatgandakan produksi dan mutu buah-buahan, sayur-sayuran, dan bunga-bungaan. Namun, hasil panen lahan pertanian itu ternyata tidak memberi pendapatan yang tinggi bagi para petani. Salah satu sebabnya adalah cara pengelolaan pascapanen yang kurang baik. Padahal pengelolaan pascapanen bisa menyangkut banyak hal antara lain mengurangi susut selama proses penanganan pasca- panen, menjaga kualitas produk tetap baik selama dalam penyimpanan dan pengangkutannya ke pasar, serta dalam memilah hasil agar sesuai kriteria mutu yang diinginkan. Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh pada harga dan hasil penjualannya. Oleh karena itu, peranan teknik pertanian dalam bidang panen dan pascapanen hasil hortikultura di masa depan adalah mengurangi susut dan meningkatkan efisiensi proses, mutu, menduga masa simpan akibat dampak lingkungan, merancang kemasan untuk pengangkutan, memilih film kemasan, mengendalikan lingkungan penyimpanan, menerapkan kontrol otomatik, dan merancang alat dan mesin dari yang sederhana sampai sistem robotik. Berbagai alat pengolahan hasil panen kemudian dikembangkan. Dalam bidang holtikultura misalnya, alat dan mesin yang diproduksi meliputi tangki baja tahan karat, alat sterilisasi, mesin pengering, alat goreng hampa, mesin pemisah pulp markissa, dan mesin pemisah kulit buah. Penerapan teknik modern dalam pertanian terbukti dapat mengurangi susut dan meningkatkan efisiensi proses. Penelitian buah-buahan yang didanai ACIAR Australian Centre for International Agricultural Research di ASEAN dan Australia, menunjukkan penyimpanan dengan atmosfir terkendali Controlled Atmosphere Storage, CAS, pelapisan film dapat dimakan edible coating, dan perbaikan sistem teknologi pascapanen dapat menurunkan susut pascapanen. Hasil pengkajiannya, seperti diuraikan Hadi K Purwadaria guru besar pada Ilmu Mekanisasi Pertanian IPB, menyebutkan susut pascapanen mangga dengan CAS turun dari 9,2 persen menjadi 7,8 persen. Sedangkan dengan pelapisan film menurunkan susut alpokat dari 30 persen menjadi 15 persen. Sementara itu Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian TPPHP- IPB telah merancang alat pengering yang dapat digunakan untuk melayukan bawang putih dan mengeringkan cabai merah. Alat pengering ini adalah tipe konveksi panas bebas yang menggunakan kompor tekan minyak tanah. Lahan petani bawang putih di Tawangmangu dan Magelang, Jawa Tengah, telah menggunakan alat ini. Pada percobaan tahun 1993, Hadi membuktikan cara pelayuan bawang putih dengan alat ini dapat memperpendek proses tersebut dari 40 hari dengan cara tradisional yaitu pengasapan dan penganginan menjadi 13 hari. Dengan cara baru rendemen hasil pelayuannya 68,3 persen dan biaya operasinya adalah Rp 199,8 per kg bawang putih kering. Dengan prinsip yang sama, dirancang pula alat pengering cabai merah untuk mengatasi masalah pemucatan warna cabai akibat penjemuran yang berkisar 5-10 persen dari setiap 100 ton cabai segar, yang dialami pengusaha cabai kering di Blora, Jawa Tengah. Dengan alat ini efisiensi pemanasan dan pengeringan dapat mencapai masing-masing 58,18 persen dan 20,35 persen *** Sementara itu bagi konsumen dalam memutuskan untuk membeli, perubahan mutu hasil hortikultura seperti warna, kekerasan, aroma dan citarasa merupakan faktor kritis. Lamanya masa simpan setelah panen dan pengolahan dalam rantai tataniaga yang panjang sebelum tiba di tangan konsumen merupakan hal yang mempengaruhi itu. Beberapa faktor yang mempengaruhi umur simpan produk pascapanen antara lain adalah pengangkutan dan pemasaran. Karena itu, upaya yang perlu dilakukan adalah memperhitungkan umur simpan yang optimal untuk produk hasil hortikultura tersebut. Pendugaan umur simpan dapat dilakukan dengan simulasi komputer yang disusun dari model matematika. Dengan mencari secara matematik hubungan antara umur petik dengan ukuran, perubahan warna, kekerasan dan susut bobot tomat, Hadi berhasil menetapkan bahwa tomat sebaiknya dipetik pada umur 22 hari. Pada saat itu tomat tidak membesar lagi dan dapat bertahan selama 58 hari dalam kemasan atmosfir termodifikasi MAP dengan stretch film pada suhu 150 derajat Celsius. Selain itu telah dibuat program simulasi komputer untuk meramalkan masa simpan jeruk yang mengalami perubahan lingkungan dan pergantian jenis kendaraan selama pengangkutan. Diketahui fluktuasi suhu lingkungan terhadap jeruk siem selama pengangkutan, yaitu 6 hari pada 15oC, 5 hari pada 10oC, 2 hari pada 30oC, 3 hari pada 10oC dan 3 hari pada 150oC menyebabkan masa simpan di mata rantai eceran tinggal 13 hari pada suhu ruang 30oC. Perancangan kemasan dalam pengangkutan bermanfaat pula untuk meredam goncangan dalam perjalanan. Pengemasan atmosfir termodifikasi MAP dilakukan pada pengemasan eceran di pasar swalayan untuk buah-buahan dan sayuran tanpa memperhatikan jenis film kemasan yang dipakai. Padahal, jenis film kemasan yang tidak tepat akan mengakibatkan pemendekan masa simpan karena komposisi atmosfir di dalam kemasan berubah akibat daya permeabilitas film kemasan yang berbeda-beda. IPB telah mengembangkan metode untuk menentukan jenis kemasan film MAP Modified Atmosphere Packaging bagi masing-masing jenis komoditas buah-buahan, sayuran, dan bunga-bungaan. Hasil penelitian ini telah dipakai secara komersial oleh Tenant Inkubator Agrobisnis dan Agroindustri, IPB. Penyimpanan dengan atmosfir terkendali Controlled Atmosphere Storage, CAS telah lama diterapkan secara komersial di negara subtropika misalnya untuk apel dan kubis sehingga dapat diekspor sepanjang tahun. Laboratorium TPPHP-IPB telah mengkaji kemungkinan penerapan CAS untuk durian melalui program Riset Unggulan Terpadu IV. Hasil awal menunjukkan durian yang disimpan dalam komposisi 5 persen O2 dan 5 persen CO2 pada suhu 5oC bertahan selama 45 hari. *** Seperti diketahui Indone-sia hingga saat ini belum mampu meningkatkan volume ekspor buah-buahan karena masih sulit memenuhi persyaratan mutu yang diminta negara tujuan ekspor. Masalahnya karena selama ini sortasi atau pemilahan dilakukan secara visual dan manual. ”Sortasi visual tidak dapat memisahkan buah-buahan dengan rasa manis dari buah-buahan yang asam. Padahal konsumen di negara maju, Jepang misalnya, berani membayar mahal untuk buah-buahan tropis yang dianggap eksotik asalkan bermutu prima,” urai Hadi. Karena itu menurutnya, sortasi buah-buahan untuk memilih mutu yang memenuhi standar ekspor merupakan penanganan yang harus dilaku-kan. Hadi dan beberapa rekannya kemudian merekayasa alat sortasi buah-buahan secara tepat, akurat dan nondestruktif berdasarkan warna, ukuran, berat, dan cita rasa. Alat sortasi tersebut merupakan suatu sistem terpadu yang terdiri atas sistem elektro-optika sebagai sensor, ban berjalan, sistem komputerisasi dan unit pemisah mekanik. Penelitian ini terdiri atas tiga tahap yaitu, penentuan jenis dan sifat karakteristik buah tropis untuk komoditas subyek penelitian, pengembangan sistem elektro-optika dan perancangan prototype alat sortasi mutu buah, dan penyempurnaan on-line system serta pengujian prototype alat sortasi. sumber referensi

cara mengolah hasil panen